Jumat, 06 Juni 2014

SINTAKSI KELOMPOK



POLA SINTAKSIS DALAM PEPATAH ACEH                      

Dosen pengampu: Ermawati. S, S.Pd, M.A






 
 

                                                
Disusun Oleh Klompok 5
1.      Destry Ayu Putri
2.      Ervina
3.      Gunati
4.      Hesti Haryati
5.      Lina Lestari
6.      Riki Suhari

PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014

 



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang maha kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita bersama masih diberikan kesehatan sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari tanpa ada suatu halangan apapun. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi agung Muhammad Saw karena atas wasilah petunjuk beliau kita dapat berhijrah dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada makalah ini Insya Allah penulis akan menyajikan beberapa hal yang berhubungan dengan frasa, serta beberapa contoh untuk lebih mudah dimengerti bagi kita semua. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin…

Pekanbaru, 30 Mei2014

Penulis,




  
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujan Penulisan .............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................2
2.1 Pola sintaksis dalam pepatah aceh................................................................2
BAB III PENUTUP ..............................................................................................8
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................8
3.2 Saran ...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Analisis terhadapa pepatah Aceh menghasilkan pola kalimat dasar, kalimat majemuk (luasan), kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat tunggal adalah kalimat yang atas satu klausa (Alwi dkk., 2003:38). Klausa tersebut memiliki kelengkapan unsur gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek, serta susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum. Dalam hal ini, konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat dasar tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pola unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.
Kalimat dasar ini (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan  (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis di atas, maka masalah dalam makalah ini adalah bagaimana pola sintaksis dalam pepatah aceh?
1.3  Tujuan Masalah
Tujan dalam makalah ini adalah untuk mengatahui bagaimana pola sintaksis dalam pepatah aceh.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 POLA SINTAKSIS DALAM PEPATAH ACEH
Analisis terhadapa pepatah Aceh menghasilkan pola kalimat dasar, kalimat majemuk (luasan), kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat tunggal adalah kalimat yang atas satu klausa (Alwi dkk., 2003:338). Klausa tersebut memiliki kelengkapan unsur gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek, serta susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum. Dalam hal ini, konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat dasar tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pola unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.
Dengan kata lain, kalimat dasar ini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim. Kalimat dasar ini (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan  (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang seperti terdapat pepatah berikut.
1.      Aneuk kameng han jeuet keu anuek rimeung.
(Anak kambing tidak dapat menjadi anak harimau).
2.      Kapai jihue le jalo.
(Kapal ditarik oleh perahu).
Kalimat (1) memiliki pola dasar yang dapat diperincikan dalam jabatan-jabatan kalimat sebagai berikut.
Aneuk kameng han jeuet keu anuek rimeung.
            S                  P                  Pel.
Pola kalimat (1) tersbut memang tidak memenuhi satu kriteria seperti dikemukakan di atas. Akan tetapi,  secara keseluruhan berdasarkan fungsi-fungsi kalimat pembentuknya kalimat tersebut telah sesuai apabila dikategorikan ke dalam kalimat tunggal. Persyaratan pada angka (iv) seperti tersebut di atas hanya berlaku apabila kalimat tersebut dikaji pula unsur semantiknya.
Kalimat (2) memenuhi unsur-unsur untuk dapat dikalegorikan ke dalam kalimat dasar (tunggal). Hal ini apabila kita lihat susunan jabatan kalimat seperti berikut.
Kapai jihue le jalo
   S        P      Ket.
Pola-pola dasar dalam kalimat tunggal di dalam pepatah Aceh sekurang-kurangnya memiliki unsur Subyek dan Predikat. Meskipun demikian, terdapat pula pola-pola kalimat dasar dengan pelepasan unsur subyek. Berikut ini pepatah yang menunjukkan hal demikian.
3.      Taple sira u laot.
(menuangkan garam ke laut).
Kalimat (3) mengalami pelepasan subyek. Hal ini apabila kalimat tersebut dibuat dalam bentuk pertanyaan “Siapa yang menuangkan garam ke laut?”. Jawaban pertanyaan tersebut tentulah “orang”. Tata bahasa Indonesia menyebutkan tentang peran Subjek sebagai pelaku perbuatan. Dengan demikian, pepatah Aceh mengenal pelepasan unsur subyek. Hal ini bertujuan bahwa subyek yang dimaksud tidak dipolarisasi, tidak dibedakan, dan tidak diklasifikasikan.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang dibentuk dengan cara menggabungkan dua klausa sederhana dengan menggunakan konjungtor, seperti dan, agar, karena, sedangkan. Kalimat yang dapat ditemukan pada pepatah Aceh diklasifikasikan ke dalam kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara disebut juga kalimat majemuk koordinatif. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari dua klausa yang memiliki status samadan dihubungkan dengan konjungtor, seperti dan, atau, tetapi, melainkan, dan serta. Berikut ini data yang menunjukkan kalimat mejemuk setara.
4.      Asee blang nyang pajoh jagong, asee gampong nyang keunong glawa.
(Anjing sawah yang makan jagung, anjing kampung yang kena lempar).
5.      Jipajoh boh jikoh bak.
(Buah dimakan, batang dipotong).
6.      Paloe reudeueb sabab rung’ieb, paleo aneuk miet salah ureung tuha.
(Celaka batang kayu karena kumbang, celaka anak karena orang tua).
Kalimat (4), (5), dan (6) merupakan kalimat majemuk setara. Hal ini karena klausa yang menyusun kalimat-kalimat tersebut  memiliki kesamaan pola.
Kalimat (4) memiliki dua buah klausa. Klausa pertama, yaitu Asee blang nyang pajoh jagong. Klausa kedua, yaitu Asee gampong nyang keunong glawa. Kedua klausa tersebut memiliki pola yang sama sehingga kalimat (4) disebut kalimat majemuk setara. Pola klausa pertama dan klausa kedua seperti berikut.
Asee blang   nyang pajoh    jagong
Subjek (S)   Predikat (P)    Objek (O)
Asee gampong nyang keunong glawa.
S                      P              Pel.
Kalimat (5) juga merupakan kalimat majemuk setara dengan klausa yang masing-masing berkedudukan sama. Berikut kedua klausa tersebut.
Jipajoh boh
   P         S

Jikoh    bak
   P         S
Kedua klausa pada kalimat (5) tersebut merupakan kalimat inversi. Hal ini dpat diketahui dari susunan fungsi subjek yang berada di urutan kedua, setalah predikat. Kalimat mejemuk setara pada kalimat (5) merupakan kalimat mejemuk setara koordinatif meskipuntidak secara eksplisit ditandai oleh kata hubung (konjungtor) dan. Penggunaan pola susun balik (inversi) pada kalimat (5) memiliki maksud supaya terdapat unsur pementingan tersebut terletak pada fungsi predikat yaitu pada kata Jipajoh dan jikoh.
Kalimat (6) terdiri atas dua klausa yang setara. Masing-masing sebagai berikut.
Paloe reudeueb sabab rung’ieb
            S                      P
Paleo aneuk miet salah ureung tuha
            S                      P
Pada umumnya kalimat mejemuk setara dalam pepatah Aceh mengalami pelepasan konjungtor. Hal ini seperti terlihat pada data di atas. Pelepasan konjungtor pada kalimat majemuk setara tidak mengubah maknawi kalimat tersbut.
Kalimat mejemuk bertingkat memiliki dua klausa yang berbeda. Masing-masing disebut sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Pola sintaksis dalam kalimat mejemuk otomatis berbeda juga. Berikut pepatah Aceh yang menggunakan pola sintaksis mejemuk bertingkat.
7.      Meu ek ta ayon ngon ta antok, dalam bak jok jiteubiet nira.
(Jika sanggup mengayun dan memukul, batang ijuk keluar nira).

8.      Meunyo na ingat, teuntee seulamat
(Kalau ingat, tentu selamat).
Kalimat (7) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Induk kalimat pada data (7) yaitu:
Dalam             bak jok     jiteubiet   nira
Konjungtor         S                P          Pel.
            Anak kalimat pada kalimat (7) yaitu
Meu            ek ta ayon ngon ta antok
Prepisis                  P
Subjek pada anak kalimat (8) mengalami pelepasan. Hal ini apabila anak kalimat tersebut kita kembalikan pada bentuk kalimat lengkap. Dengan demikian, subjuk harus disisipkan, misalnya gata ‘kamu’. Hal ini tampak dalam klausa berikut.
Meunyoe gata ek ta ayon ngon ta antok
Kalimat (8) tersebut juga memiliki dua klausa yaitu klausa induk dan klausa anak. Klausa induk kalimat (8), yaitu:
Teuntee   seulamat
Partikel       P
Kedua klausa pada kalimat (8) juga mengalami pelepasan unsur subjek sehingga seolah-olah klausa-klausa tersebut tidak bersubjek. Kenyataan ini menjadikan salah satu ciri yang dapat ditemukan dalam struktur pepatah Aceh. Anak kalimat pada kalimat (7) yaitu:
Meunyo            na ingat
Konjungtor          P
Kalimat majemuk bertingkat pada kalimat (8) tersebut ditandai oleh hubungan syarat karena kalimat tersebut ditandai oleh konjungtor meunyo ‘jika’ sebagai penanda hubungan syarat tersebut.














 BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pola sintaksis yang terdapat dalam pepatah Aceh pada umumnya tergolong dalam pola kalimat majemuk meskipun pola kalimat dasar juga dapat ditemukan. Akan tetapi, jumlah pepatah Aceh yang menggunakan pola kalimat dasar relatif sedikit. Bentuk-bentuk klausa paling banyak ditemukan dalam pepatah Aceh.

3.2 Saran
   Demikianlah makalah yang bisa kami buat semoga bermanfaat untuk kita semua terutama bagi pembacanya. Meskipun penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan semoga apa yang di sampaikan oleh penulis bisa diterapkan oleh pendengar semua dan bisa juga praktikkan dalam proses pembelajaran nanti.







 DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta

 


  

1 komentar:

  1. Harrah's Casino Hotel, San Diego - Mapyro
    Get directions, 창원 출장안마 reviews and information for Harrah's Casino Hotel, San Diego in 속초 출장안마 San Diego, 영주 출장마사지 including room 창원 출장안마 types, phone 순천 출장안마 numbers and map.

    BalasHapus