POLA SINTAKSIS DALAM
PEPATAH ACEH
Dosen pengampu: Ermawati. S, S.Pd, M.A
Disusun Oleh Klompok 5
1.
Destry
Ayu Putri
2.
Ervina
3.
Gunati
4.
Hesti
Haryati
5.
Lina
Lestari
6.
Riki
Suhari
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah Swt., yang maha kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kita bersama masih diberikan kesehatan sehingga dapat melaksanakan
aktifitas sehari-hari tanpa ada suatu halangan apapun. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi agung Muhammad Saw karena atas wasilah petunjuk beliau kita dapat berhijrah dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Pada
makalah ini Insya Allah penulis akan menyajikan beberapa hal yang berhubungan
dengan frasa, serta beberapa contoh untuk lebih mudah dimengerti bagi kita
semua. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin…
Pekanbaru,
30 Mei2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ...................................................................................................
i
Daftar
isi
.............................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
....................................................................................1
1.1 Latar Belakang
.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
........................................................................................1
1.3 Tujan Penulisan
.............................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN .....................................................................................2
2.1 Pola sintaksis dalam pepatah aceh................................................................2
BAB III PENUTUP ..............................................................................................8
3.1 Kesimpulan
.....................................................................................................8
3.2 Saran
...............................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Analisis
terhadapa pepatah Aceh menghasilkan pola kalimat dasar, kalimat majemuk
(luasan), kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang atas satu klausa (Alwi dkk., 2003:38). Klausa
tersebut memiliki kelengkapan unsur gramatikal seperti subjek, predikat, dan
objek, serta susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum. Dalam hal
ini, konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah
satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat dasar tentu saja terdapat
semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pola
unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.
Kalimat
dasar ini (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii)
susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan oleh penulis di atas, maka masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana pola sintaksis dalam pepatah aceh?
1.3
Tujuan
Masalah
Tujan
dalam makalah ini adalah untuk mengatahui bagaimana pola
sintaksis dalam pepatah aceh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 POLA SINTAKSIS
DALAM PEPATAH ACEH
Analisis
terhadapa pepatah Aceh menghasilkan pola kalimat dasar, kalimat majemuk
(luasan), kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang atas satu klausa (Alwi dkk., 2003:338). Klausa
tersebut memiliki kelengkapan unsur gramatikal seperti subjek, predikat, dan
objek, serta susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum. Dalam hal
ini, konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah
satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat dasar tentu saja terdapat
semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pola
unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.
Dengan
kata lain, kalimat dasar ini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif
yang urutan unsur-unsurnya paling lazim. Kalimat dasar ini (i) terdiri atas
satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut
urutan yang paling umum, dan (iv) tidak
mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak
selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang seperti terdapat
pepatah berikut.
1.
Aneuk
kameng han jeuet keu anuek rimeung.
(Anak kambing tidak dapat menjadi anak
harimau).
2.
Kapai
jihue le jalo.
(Kapal ditarik oleh perahu).
Kalimat
(1) memiliki pola dasar yang dapat diperincikan dalam jabatan-jabatan kalimat
sebagai berikut.
Aneuk kameng han jeuet keu anuek
rimeung.
S P
Pel.
Pola
kalimat (1) tersbut memang tidak memenuhi satu kriteria seperti dikemukakan di
atas. Akan tetapi, secara keseluruhan
berdasarkan fungsi-fungsi kalimat pembentuknya kalimat tersebut telah sesuai
apabila dikategorikan ke dalam kalimat tunggal. Persyaratan pada angka (iv)
seperti tersebut di atas hanya berlaku apabila kalimat tersebut dikaji pula
unsur semantiknya.
Kalimat
(2) memenuhi unsur-unsur untuk dapat dikalegorikan ke dalam kalimat dasar
(tunggal). Hal ini apabila kita lihat susunan jabatan kalimat seperti berikut.
Kapai jihue le
jalo
S
P Ket.
Pola-pola
dasar dalam kalimat tunggal di dalam pepatah Aceh sekurang-kurangnya memiliki
unsur Subyek dan Predikat. Meskipun demikian, terdapat pula pola-pola kalimat
dasar dengan pelepasan unsur subyek. Berikut ini pepatah yang menunjukkan hal
demikian.
3.
Taple
sira u laot.
(menuangkan garam ke laut).
Kalimat
(3) mengalami pelepasan subyek. Hal ini apabila kalimat tersebut dibuat dalam
bentuk pertanyaan “Siapa yang menuangkan garam ke laut?”. Jawaban pertanyaan
tersebut tentulah “orang”. Tata bahasa Indonesia menyebutkan tentang peran
Subjek sebagai pelaku perbuatan. Dengan demikian, pepatah Aceh mengenal
pelepasan unsur subyek. Hal ini bertujuan bahwa subyek yang dimaksud tidak
dipolarisasi, tidak dibedakan, dan tidak diklasifikasikan.
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang dibentuk dengan cara menggabungkan dua klausa
sederhana dengan menggunakan konjungtor, seperti dan, agar, karena, sedangkan. Kalimat yang dapat ditemukan pada
pepatah Aceh diklasifikasikan ke dalam kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat.
Kalimat
majemuk setara disebut juga kalimat majemuk koordinatif. Kalimat majemuk setara
adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari dua klausa yang memiliki status
samadan dihubungkan dengan konjungtor, seperti dan, atau, tetapi, melainkan, dan serta. Berikut ini data yang menunjukkan kalimat mejemuk setara.
4.
Asee
blang nyang pajoh jagong, asee gampong nyang keunong glawa.
(Anjing sawah yang makan jagung, anjing
kampung yang kena lempar).
5.
Jipajoh
boh jikoh bak.
(Buah dimakan, batang dipotong).
6.
Paloe
reudeueb sabab rung’ieb, paleo aneuk miet salah ureung tuha.
(Celaka batang kayu karena kumbang,
celaka anak karena orang tua).
Kalimat
(4), (5), dan (6) merupakan kalimat majemuk setara. Hal ini karena klausa yang
menyusun kalimat-kalimat tersebut
memiliki kesamaan pola.
Kalimat
(4) memiliki dua buah klausa. Klausa pertama, yaitu Asee blang nyang pajoh jagong. Klausa kedua, yaitu Asee gampong nyang keunong glawa. Kedua
klausa tersebut memiliki pola yang sama sehingga kalimat (4) disebut kalimat
majemuk setara. Pola klausa pertama dan klausa kedua seperti berikut.
Asee blang nyang pajoh jagong
Subjek
(S) Predikat (P) Objek (O)
Asee gampong nyang keunong glawa.
S P Pel.
Kalimat
(5) juga merupakan kalimat majemuk setara dengan klausa yang masing-masing
berkedudukan sama. Berikut kedua klausa tersebut.
Jipajoh boh
P S
Jikoh bak
P S
Kedua
klausa pada kalimat (5) tersebut merupakan kalimat inversi. Hal ini dpat
diketahui dari susunan fungsi subjek yang berada di urutan kedua, setalah
predikat. Kalimat mejemuk setara pada kalimat (5) merupakan kalimat mejemuk
setara koordinatif meskipuntidak secara eksplisit ditandai oleh kata hubung
(konjungtor) dan. Penggunaan pola
susun balik (inversi) pada kalimat (5) memiliki maksud supaya terdapat unsur
pementingan tersebut terletak pada fungsi predikat yaitu pada kata Jipajoh dan jikoh.
Kalimat
(6) terdiri atas dua klausa yang setara. Masing-masing sebagai berikut.
Paloe reudeueb sabab rung’ieb
S P
Paleo aneuk miet salah ureung tuha
S P
Pada
umumnya kalimat mejemuk setara dalam pepatah Aceh mengalami pelepasan
konjungtor. Hal ini seperti terlihat pada data di atas. Pelepasan konjungtor
pada kalimat majemuk setara tidak mengubah maknawi kalimat tersbut.
Kalimat
mejemuk bertingkat memiliki dua klausa yang berbeda. Masing-masing disebut
sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Pola sintaksis dalam kalimat mejemuk
otomatis berbeda juga. Berikut pepatah Aceh yang menggunakan pola sintaksis
mejemuk bertingkat.
7.
Meu
ek ta ayon ngon ta antok, dalam bak jok jiteubiet nira.
(Jika sanggup mengayun dan memukul,
batang ijuk keluar nira).
8.
Meunyo
na ingat, teuntee seulamat
(Kalau ingat, tentu selamat).
Kalimat
(7) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Induk kalimat pada data (7) yaitu:
Dalam bak
jok jiteubiet nira
Konjungtor S
P Pel.
Anak kalimat pada kalimat (7) yaitu
Meu ek ta ayon ngon ta antok
Prepisis
P
Subjek
pada anak kalimat (8) mengalami pelepasan. Hal ini apabila anak kalimat
tersebut kita kembalikan pada bentuk kalimat lengkap. Dengan demikian, subjuk
harus disisipkan, misalnya gata ‘kamu’.
Hal ini tampak dalam klausa berikut.
Meunyoe gata ek
ta ayon ngon ta antok
Kalimat
(8) tersebut juga memiliki dua klausa yaitu klausa induk dan klausa anak.
Klausa induk kalimat (8), yaitu:
Teuntee seulamat
Partikel P
Kedua
klausa pada kalimat (8) juga mengalami pelepasan unsur subjek sehingga
seolah-olah klausa-klausa tersebut tidak bersubjek. Kenyataan ini menjadikan
salah satu ciri yang dapat ditemukan dalam struktur pepatah Aceh. Anak kalimat
pada kalimat (7) yaitu:
Meunyo na
ingat
Konjungtor
P
Kalimat
majemuk bertingkat pada kalimat (8) tersebut ditandai oleh hubungan syarat
karena kalimat tersebut ditandai oleh konjungtor meunyo ‘jika’ sebagai penanda hubungan syarat tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pola
sintaksis yang terdapat dalam pepatah Aceh pada umumnya tergolong dalam pola
kalimat majemuk meskipun pola kalimat dasar juga dapat ditemukan. Akan tetapi,
jumlah pepatah Aceh yang menggunakan pola kalimat dasar relatif sedikit.
Bentuk-bentuk klausa paling banyak ditemukan dalam pepatah Aceh.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah yang bisa kami buat semoga bermanfaat untuk kita semua terutama bagi
pembacanya. Meskipun penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Dan semoga apa yang di sampaikan oleh penulis bisa diterapkan oleh
pendengar semua dan bisa juga praktikkan dalam proses pembelajaran nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan dkk.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta
Harrah's Casino Hotel, San Diego - Mapyro
BalasHapusGet directions, 창원 출장안마 reviews and information for Harrah's Casino Hotel, San Diego in 속초 출장안마 San Diego, 영주 출장마사지 including room 창원 출장안마 types, phone 순천 출장안마 numbers and map.