ANALISIS GAYA BAHASA
DALAM PUISI KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG KARYA EMHA AINUN NAJIB
A. Pengertian
Puisi
Puisi merupakan karya yang estetis yang
mengandung nilai puitis. Menurut pendapat McClaulay, Hudson (dalam Aminuddin,
2009:134), “puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi”. Puisi
merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait (Depdiknas, 2008:1112).
Dalam puisi banyak ditemukan gaya bahasa.
Penggunaan gaya bahasa tentu dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa atau
konotasi tertentu. Gaya bahasa memiliki peranan penting dalam sebuah puisi,
sehingga ada yang menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan esensi penulisan
puisi. Bahkan ada pula yang menyebutkan sebagai dasar bangunan setiap puisi,
sehingga dikatakan pula bahwa gaya bahasa merupakan salah satu faktor penentu
seberapa jauh seseorang penyair mempunyai daya cipta yang asli.
Gaya bahasa ialah cara penyair
menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk
melahirkan keindahan. Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling
sering dijumpai, sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati
dalam berekspresi (http://esastra.com/kurusu/kepenyairan.htm#Modul). Menurut
Gorys Keraf (2002:113) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai
bahasa.
Persoalan pilihan kata dalam puisi
bukanlah persoalan yang mudah. Pilihan kata merupakan persoalan yang dinamis,
inovatif, dan kreatif sejalan dengan perkembangan penuturnya. Namun, sebaliknya
ada pula pengguna bahasa menggunakan kata yang sangat hemat bahkan sudah
menggambarkan orang tersebut akan kosa kata. Pembicaraan
tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002:11-12) membagi persoalan
gaya bahasa, yakni 1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, 2) gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat, 3) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna.
Berikut merupakan contoh puisi Ketika Engkau
Bersembahyang Karya Emha Ainum Najib.
KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
Ketika engkau
bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari
sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan.
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan.
1. Gaya
bahasa Personifikasi merupakan gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda mati
atau barang-barang tidak bernyawa seolah-olah hidup. Contoh:
Partikel
udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Ruku'
lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Kemudian mim sujudmu menangis
Membuat kegelapan terbuka matanya
2.
Gaya bahasa Metafora
merupakan bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak menggunakan kata
pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis
bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya. Contoh:
Sujud
adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu
karang
3. Gaya
bahasa Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang
sengaja dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan. Contoh:
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
4.
Gaya bahasa Apostrof
adalah gaya bahsa berupa pengalihan pembicaraan kepada benda atau sesuatu yang
tidak bisa berbicara kepada kita terutama kepada tokoh yang tidak hadir atau
sudah tiada, dengan tujuan lebih menarik atau memberi nuansa lain. Contoh:
Ketika
engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Daftar
Rujukan
Indah Purnama.
2012. Analsis Gaya Bahasa Dan Kritik Seosial Dalam Lirik Lagu Manusia Setengah
Dewa Karya Iwan Fals. Skripi FKIP Universitas Islam Riau.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.